Disusun oleh:
1. Alfiyatul
Rochmani (02)
2. Andi
Sayyid Z. (03)
3. Dinda Ika (15)
4. Mahdea
Rahma S. (24)
5. Nur
Hananiyah P.K.N (29)
6. Rini
Ayu A. (31)
7. Sri
Rahayu N. (34)
8. Sulastri
Ningsih (35)
SMA MUHAMMADIYAH 3 TULANGAN–
SIDOARJO
2014 – 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1
Latar Belakang Detergen
Deterjen adalah campuran berbagai bahan,
yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta sifat tidak membentuk endapan dengan ion-ion logam divalen dalam air sadah.
Deterjen merupakan garam natrium dari asam sulfonat.
Deterjen dalam kerjanya dipengaruhi beberapa hal, yang terpenting adalah jenis
kotoran yang akan dihilangkan dan air yang digunakan. Deterjen, khususnya
surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran, baik yang
larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Salah satu ujung dari molekul
surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air, akibatnya bagian ini menetrasi
kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih suka air,
bagian inilah yang
berperan mengendorkan kotoran dari
kain dan mendispersikan kotoran.
1.1.2
Latar Belakang Pertumbuhan Ikan Kecil di
Sungai
Ikan konsumsi yang saat ini banyak
dibudidaya oleh masyarakat kita kebanyakan merupakan ikan pendatang
(introduksi) dari negara lain. Padahal di Indonesia banyak jenis ikan yang
potensial untuk dikembangkan sebagai
ikan budidaya, diantaranya ikan tambra (Tor tambra). Jenis ikan ini sudah
dilirik oleh pengusaha untuk segera dijadikan sebagai ikan budidaya dan dapat
dimanfaatkan secara luas. Salah satu anggota Cyprinidae yang potensial
dikembangkan sebagai ikan budidaya adalah ikan tambra. Kerabat ikan tambra
lebih dikenal dengan sebutan mahseer‟, selain itu dijuluki pula sebagai „Kings
of the Rivers’atau raja sungai
karena
ukuran tubuhnya bisa sangat besar. Melaporkan bahwa ukuran beberapa jenis ikan
marga Tor dapat mencapai 100 cm dengan bobot > 30 kg. Ikan tambra termasuk
ke dalam marga Tor dan di
Indonesia
diketahui terdapat empat jenis, yaitu Tor tambroides, Tor tambra, Tor
douronensis dan Tor soro. Di dunia terdapat 20 jenis ikan dari marga Tor yang
tersebar di wilayah Asia.
Populasi ikan tambra di alam sudah jarang,
bahkan dikhawatirkan telah
mendekati
kepunahan. Haryono et al. Melaporkan
bahwa Tor spp. tidak ditemukan pada lokasi HPH di Sungai
Seturan, Melinau Kalimantan Timur Universitas Sumatera Utara. Pertumbuhan dapat
dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau
berat
dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai
pertambahan
jumlah. Pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak
faktor mempengaruhinya.
1.2
Rumusan
masalah
1.1.1
Apakah detergen berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan kecil di sungai?
1.1.2
Bagaimana pengaruh detergen terhadap
kondisi fisik ikan?
1.3
Hipotesis
(Dugaan Sementara)
H0
= Detergen tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan kecil
H1
= Detergen berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan kecil
1.4
Tujuan
1) Untuk
mengetahui pengaruh detergen terhadap pertumbuhan ikan kecil di sungai.
2) Untuk
mengetahui pengaruh detergen terhadap keadaan fisik ikan di sungai
1.5
Manfaat
Dapat mengetahui
bakteri yang terdapat di dalam detergen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
ikan kecil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Pustaka
Polusi
atau pencemaran adalah
keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar
oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan
alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah
tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi
organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang
tinggal di sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.
Deterjen
yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya merupakan hasil
sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan
bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna dan bahan pewangi. Generasi
awal deterjen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar
tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan
(surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil
busa.
Awalnya
inovasi yang dianggap cemerlang ini mendapatkan respon yang menggembirakan.
Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui
mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan
oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah deterjen yang dikeluarkan
setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam
stabilitas lingkungan hidup kita.
Beberapa
negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam
pembuatan deterjen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier
Alkyl Sulfonat atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label
produk deterjen yang kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah
lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa
senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan.
Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan
waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang
dapat diurai.
Pembuangan
limbah ke sungai/sumber-sumber air tanpa treatment sebelumnya, mengandung
tingkat polutan organik yang tinggi serta mempengaruhi kesesuaian air
sungai untuk digunakan manusia dan merangsang
pertumbuhan alga maupun tanaman air lainnya.Selain itu deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan
organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang
kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Ikan
membutuhkan air yang mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm
(part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati,
tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan
berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung
bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk
mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan
air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya
hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat
dan Waktu Penelitian
a) Tempat
Laboratorium IPA SMA
Muhammadiyah 3
b) Waktu
Eksperimen
dilakukan mulai dari jam 07.00 – 07.45
B. Alat
dan Bahan
a) Bahan :
·
Air
bersih
·
Ikan
kecil
·
Detergen
·
Spatula
·
Gelas
Beaker
·
Kertas
b) Alat :
·
4
toples
·
Stopwatch
·
Spatula
·
Gelas
Beaker
·
Neraca
4 Lengan
·
Sendok
C. Cara Kerja :
a) Sediakan 4 buah toples/gelas
beaker, semua toples atau gelas diisi oleh air bersih 300ml
b) Masukan 5 ekor ikan di
setiap gelas/toples. Lalu masukan detergen kedalam gelas
ikan ke dalam air bersih.
c) Lihat perkembangan kondisi
fisik ikan hingga terjadi perubahan.
d) Buat laporan atas terjadinya
perubahan yang terjadi pada fisik ikan.
F. Metode Penelitian
Eksperimen
G. Variabel Penelitian
a) Variabel
bebas : Jenis air
b) Variabel
terikat : Perkembangan ikan mas
H. Definisi
a) Air
bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumbe rdaya
berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk
diantaranya adalah sanitasi. Air bersih merupakan lingkungan yang tepat untuk
hidup ikan mas.
b) Deterjen
Deterjen merupakan produk teknologi yang
strategis, karena telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat
modern mulai rumah tangga sampai industri. Di sisi lain, detergen harus
memenuhi sejumlah persyaratan seperti fungsi jangka pendek (short therm
function) atau daya kerja cepat, mampu bereaksi pada suhu rendah, dampak
lingkungan yang rendah dan harga yang terjangkau (Jurado et al,
2006).
c) Ikan
Mas
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai
ciri-ciri umum, badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke
samping (Compresed) dan mulutnya terletak di ujung tengah
(terminal) dan dapat di sembulka, di bagian mulut di hiasi dua pasang sungut
yang kadang-kadang satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan
sangat beragam.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian
Waktu
|
Ikan
dalam Air Tanpa Detergen
|
Ikan
dalam Air Deterjen (Ikan 2) 0,5 gr detergen
|
Ikan dalam Air Detergen (ikan 3) 1 gr
detergen
|
Ikan dalam air detergen (ikan 4) 5 gr
detergen
|
07
: 05
|
Ikan
bergerak lincah dan sehat.
|
Ikan
berenang dengan lincah dan belum mengalami gejala apapun.
|
Ikan
bergerak lincah dan sehat.
|
Ikan
agak mengalami gangguan pernafasan
|
07
: 10
|
Ikan
bergerak lincah dan sehat.
|
Ikan
berenang dengan lincah namun seperti kekurangan oksigen
|
Ikan
mulai lemas dan sulit mencari oksigen. 2 mati dan 3 masih hidup
|
Ikan
kekurangan oksigen
|
07
: 15
|
Ikan
bergerak lincah dan sehat.
|
Ikan
mulai lemas dan sulit mencari oksigen.
1
mati dan 4 masih hidup
|
Ikan
berenang mulai melambat dan ikan mengalami kejang-kejang
|
Ikan
mati 2 dan 3 masih hidup namun kekurangan oksigen
|
07
: 20
|
Ikan
bergerak lincah dan sehat.
|
Ikan
mulai lemas dan sulit mencari oksigen. 2 mati dan 3 masih hidup
|
Ikan
mulai lemas dan sulit mencari oksigen. 2 mati dan 3 masih hidup
|
Ikan
berenang mulai melambat dan ikan mengalami kejang-kejang
|
07
: 25
|
Ikan
bergerak lincah dan sehat.
|
Ikan
mulai lemas dan sulit mencari oksigen. 2 mati dan 3 masih hidup
|
Ikan
mulai lemas dan sulit mencari oksigen. 2 mati dan 3 masih hidup. Namun
kekurangan oksigen dan yang lainnya kejang kejang.
|
insang
ikan membengkak, terlihat keluar dan insang ikan berdarah.
|
07
: 30
|
Ikan
bergerak lincah dan sehat dan tidak mengalami gejala apapun.
|
Ikan
mulai kejang – kejang dan ikan mati 4 dan hidup 1
|
Ikan
mati 4 dan hidup 1 namun kekurangan
oksigen dan ingsang mulai berdarah
|
Sudah
mati semua dan mengambang ke atas air
|
C. Pembahasan
Ikan
mas yang berada di air murni terus bergerak aktif, mata normal dan tidak
mengalami gangguan apapun terhadap insangnya karena lingkungannya tidak
tercemar. Sedangkan ikan lainnya berenang di air yang telah tercemari detergen,
mereka mengalami gangguan pada organnya, terutama insang. Insangnya sampai
membengkak dan mengeluarkan lendir dan darah. Ikan pun mulai bergerak lambat,
akhirnya mengambang dan mati.
Mengapa
insang ikan-ikan dalam limbah air detergen itu membengkak, dan mengeluarkan
lendir? Jawabannya adalah difusi. Difusi adalah perpindahan zat dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Konsentrasi larutan detergen lebih
tinggi dari sitoplasma sehingga partikel detergen berdifusi dari larutan ke
sel-sel pada insang ikan. Larutan detergen terus-menerus berdifusi ke sel-sel
insang dan insang pun akhirnya membengkak. Lama kelamaan sel-sel insang
mengalami plasmolisis (pecahnya sel) karena partikel detergen terus berdifusi.
Karena selnya pecah, sitoplasma pun keluar sehingga insang ikan terlihat
mengeluarkan lendir dan mengeluarkan darah. Setelah sel-sel insangnya pecah,
tentu saja ikan kehilangan organ untuk bernapas sehingga akhirnya ikan-ikan
pada limbah detergen lemas dan kemudian mati.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Air
yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya, salah satunya adalah ikan. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa
larutaan detergent sangat berpengaruh sekali terhadap kelangsungan hidup hidup
ikan mas dan kondisi fisik ikan tersebut melemah bahkan hingga mati. Dampak
dari kondisi tesebut maka akan menyebabkan populasi ikan-ikan di sungai
berkurang.
Selain
ikan masih banyak organisme lain, seperti fitoplankton, zooplankton/protozoa,
cyanobacteria dan lain-lain. Jika organisme-organisme seperti fitoplankton
mati, maka zooplankton akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan mas pun
akan mati karena zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain
detergen dan polutan lainnya yang mencemari air
dapat memusnahkan seluruh organisme yang hidup di dalamnya.
B. Saran
Saran
yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca yaitu :
Gunakanlah
detergen sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke perairan yang banyak
organisme yang hidup di dalamnya.
Gunakanlah
ilmu pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya detergen
yang ramah lingkungan.
Untuk para
peneliti selanjutnya di harapkan dapat membuah kan hasil yang lebih baik dari
sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Afri
Yunia Pradani. 2011. Pengaruh Kadar Detergen dalam Air. (Online).http://afriyuniapradani.blogspot.com/2011/05/pengaruh-kadar-deterjen-dalam-air.html. Diakses pada tanggal 17 Mei 2013 Pukul 14.00 WIB.
Ahsan
S. 2005. Effect of Temperature on Wastewater Treatment with Natural and Waste
Materials [Original Paper] . Clean Technology Enviroment Policy.
7:198-202.
Chaca
Tasya. 2012. Ikan Mas. (Online). http://cha2tasya.blogspot.com/2012/04/.html. Diakses pada tanggal 16 April 2013 Pukul 14.00
WIB.
Heryani.
A, Puji, H. 2008. Pengolahan Limbah Deterjen Sintetik dengan Trickling Filter
[Makalah Penelitian]. (Online).http://eprints.undip.ac.id Diakses pada tanggal 11 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB.
Nepi
Pujianti. 2011. Metode Ilmiah Pengaruh Larutan. (Online).http://nepipujianti.blogspot.com/2011/11/metode-ilmiah-pengaruh-larutan.html. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB.
Sigid
hariyadi. 2004. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air Dan Baku Mutu Air
Limbah.
Soekidjo
Notoatmojo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit PT Rineka Cipta.
Umi
Purnama Mangetsu. 2012. Pengaruh
Pencemaran Lingkungan Terhadap Mikroorganisme (ikan). (Online).http://umikireinapurnama.blogspot.com/2012/04/laporan-praktikum-x-pengaruh-pencemaran.html. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB.
Wiji
Agustin Sasmita. 2012. PENGARUH KADAR DETERJEN TERHADAP KEMAMPUAN HIDUP
IKAN MAS(Cyprinus Carpio). (Online).http//wijiagustinsasmita.blogspot.com/2012/10/Pengaruh
kadar deterjen dalam air.10 oktober 2012 .
Diakses pada tanggal 11 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB.
No comments:
Post a Comment