Thursday 3 September 2015

Untuk apa pacaran Pacaran(?) [Cerita Pendek / cerpen]

Untuk Apa Pacaran(?)
Created by : RinAy Agustin

     "Untuk apa pacaran? manfaat apa yang diberikan saat kita pacaran? mengapa kamu dan kita semua ingin berpacaran? tidak ada manfaat dan tidak ada alasan untuk kita ingin berpacaran!!"

     Serentak aku terkejut dengan ungkapan kakak kelas yang berdiri tepat di depan ku untuk mempresentasikan pembukaan acara islami yang pembahasan nya tentang manfaat pacaran bagi para perempuan. acara islami yang diadakan disekolah ku ini bertepatan pada hari jum'at dengan menunggu menit menit para adam bersujud untuk menunaikan ibadah sholat jum'at.

     "Kita perempuan, kkita wanita, kita cewek. sekarang aku tanya, siapa yang paling dirugi kan ketika seorang adam dan hawa yang berpacaran?" ujar perempuan dengan perawakan kalem yang sedang mempresentasikan prejeksinya dalam layar putih llebar yang terbentang di aula sekolah.

     "KITAAA" serentak seisi aula membawaj dengan semangat

     "lalu, apa yang kamu dapatkan dari pacaran? tidak ada, bahkan kamu yang paling dirugikan dalam hal ini"

     Untuk beberapa menit ini, aku berfikir. apa yang aku dapatkan ketika aku berpacaran? 

     Tidak lama dari lamunanku, seorang akhwat yang duduk tepat didepan ku menjawab dengan tegasnya "karna pacaran akan memberikan kita semangat dalam belajar kak, dan dalam islam tidak terdapat firman tentang berpacaran"

     "Tahu apa kamu tentang firman yang tidak menyebutkan tentang pacaran? memang tidak ada, namun, didalam firmannya terdapatkalimat 'mendekati zina adalah berdosa' apa kamu ingat ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa 'pacaran adalah awal mula nya terjadi zina?' " kakak kelas pemimpin acara islami ini menjelaskan dengan sabar.

     "Bukankah Allah menciptakan kaum adam dan kaum hawa hanya untuk salig mencintai satu sama lain?"

     Sudut - sudut perempuan pemimpin acara islami ini tertarik lagi. Dengan sesirat geli yang erselip dalam guratab lipatan dahinya. perlahan perempuan kalem itu menjelaskan.

     "Tidakkah kamu wahai akhwat, ada yang sedang mengejar kita hanyalah menuntut birahi semata. Mereka hanya terbutakan oleh nafsu, bahkan tak jarang mereka mengedkkan taubat dalam aksi nafsu nya. coba lihat selama ini, bukankah kita selalu menjadi pihak yang paling mendapat imbas buruknya?"

     Sunyi, seisi ruangan seperti memikirkan sesuatu. Aku sangat termangu dalam cuap demi cuap ucapak kakak kelas itu.

     "Waktu akan semakin berjalan, ingat pepatah yang menyatakan 'dekati sang penciptanya, lalu dekati yang diciptakannya'. Jika para akhwat berjalan di jalan Allah, Allah akan memberikan jalan yang terang untuk jodoh kita, bahkan lebih baik dari yang kita bayangkan, percayalah"

     Sekali lagi, ucapan kakak kelas itu membuat bulu kuduk ku berdiri seketika, entah apa yang aku rasakan. Meski aku belum merasakan warna - warni berhubungan dekat seperti, cuap demi cuap ucapannya aku dengarkan dengan baik. Jujur, perkataan yang diungkapkan perempuankalem itu membuat ku merenung. 

     "Benaarr, taapii..... tapi aku juga ingin seperti mereka yang bebas berpacaran, memberikan dan diberikan kasih sayang lebih kepada teman sebayaku, terutama seperti orang yang mereka sebut dengan PACAR. Bagaimana dengan rasa, cintan? dan hati ketika kita merasakan rasa nya warna- warnni pacaran?" dalam hati ini terus bertanya, apa yang harus kulakukan? berkonsultasi dengan guru konseling atau bahkan kepada guru agama?

     Buru - buru wanita yang ku anggap guru sepantaran, karna hanya dia yang berani membahas tentang pacaran di sekolah agama seperti ini.

     "Rasa itu memang ada, dan jujur saya juga pernah merasakan. Saya tidak pernah munafik untuk masalah hati. rasa sayang otu pasti ada, bagaimana dengan hati? cinta? hasih sayang? atau bahkan seseorang spesial? itu sungguh ada, Namun? pacaran hanyalah...."

     Aku pun tak sanggup untuk mendengarkan presentasi dari perempuan kalem itu, tiba - tiba aku tak fokus tentang pembahasan ini.

     ***

     "Jodoh adalah saat kamu merupakan bagian dari hidup nya dan dia merupakan bagian dari hidupmu, saling mengisi, saling membahagiakan, saling melengkapi kekurangan, saling mengerti dan saling mencintai"

     Aku masih tak mengerti apa yang di maksud dengan seorang yang duduk didepanku dengan senyum manisnya dan kerudung warna pink itu. Entahlah, berbagi cerita dan kisah seperti ini dan duduk di sebuah ruangan konseling merupakan hal pertama yang aku lakukan untuk menghilangkan kedelimaan hati ini.

     "Perasaan itu nggak tentu, yang mungkin hari ini kamu sayang banget sama dia, atau bahkan besok kamu sangat membenci nya atau bahkan kamu memalingkan wajahmu dari pandangannya? memang benar, Allah memberikan rasa sayang kita kepada seseorang yang kita rasa dia cocok untuk kita, bagaimana dengan pilihan Allah yang benar dan sangat indah untuk mu?" 

     Ungkapan dan rangkaian kata guru ku ini akan ku filter dengan benar, bu Ina, selaku mentor dan psikis sekolahku baru saja memberikan kaliat asing dalam tangkupan otakku. Ini salah, oh bukan ini sangat benar, ini sangat benar, aku akan menerima prinsip ini.

     Perasaanku berbeda.Aku tahu sejak pertama sebuah kalimat aneh itu keluar dari mulut tipis bu Ina. Hatiku bukan tak menentu, aku telah menetap. Tersengkap aku dalam kalmat tu, sebegitu dalamnya sehingga aku pun berdebat dengannya. 

     "Tap mengapa saya sering merasakan sakit hati ya bu kalau melihat mereka berjalan bahkan bergandengan tangan dengan seseorang yang mereka sebut pacar? bahkan saya merasa iri dengan perempuan yang merasakan kehangatan kasih sayang dari seoseorang, pacar"

     Wanita berhijab pink didepan ku menghelai nafas dengan mengerutkan kedua alisnya. "mengapa sakit? bukankah Allah memberikan sebuah perasaan agar tidak merasakan rasa sakit? mencintai seseorang itu tidak perlu dipaksa dan tidak ada paksaan. hal ini sangat wajar, dalam seumuran mu akan mengalami dilema yang sangat besar. Namun, apa kamu tahu apa yang mwanita rasakan ketika dia berpacaran? tak seindah yang kamu lihat nak, itu hanyalahs ebagian kecil dari kesedihan. 90% kesedihan dan sisanya adalah kebahagiaan dari seorang wanita tersebut. Dan, apa yang mereka rasakan? mereka akan merasakan orientasi pemikirannya akan memikirkan hal yang berhubungan pada hal pacaran, maka peljaran akan terlupakan. Jika kamu bertanya, bukankah pacaran akan menambah semangat belajar bu? itu merupakan hal yang salah besar, bukankah ibu seudah bilang barusan? bahwa seorang wanita akan merasakan orientasi berfikir pada pacar apalagi jika di hubungannya mengalami pertengkaran, maka pelajran akan mengalami penurunan."

     Aku menghelai nafas rendah, memikirkan iyaa. ini benar, tapi bagaimana jika aku sangat mencintainya dan dia tidak mencintaiku? tidak banyak berfikir, aku langsung bertanya kepada mentor psikis sekolahku itu. 

     "Jika aku sangat mencintainya dan aku selalu merasakan gemetar ketika bertemu dengannya? apa aku boleh tetap mencintainya bu?"

   "Tidak nak, cinta bukan untuk dipaksakan. Arti dari cinta adalah suci, bersih dan ikhlas. Tulus dari hati tanpa berharap apapun dari orang tersebut."

    Aku terpukau dengan kalimat tersebut, seketika bibirku tak dapat bertanay apa yang inginku tanyakan kepada mentor psikis sekolahku itu, teori ini sangat aneh, membuatku buku dalam berfikir dan terucap. Sepersekian detik aku ingin terucap,namun pemikiran dan  mukutku tak ingin kontras dengan apa yang ingin ku tanyakan. 

     "Sekarang pertanyaannya, apakah laki - laki itu juga ingin berhubungan dekat denganmu? kita tidak ada hak sedikit pun untuk memaksakan kehendaknya dalam mencintai seseorang. Apa yang sedang kamu fikirkan saat ini? apa kamu masih berfikir bahwa pacaran itu akan membuat kamu termotifasi dalam belajar atau bahkan membuat prestasi kamu melesit bagaikan roket? tidak nak, itu sangat tidak berpengaruh."

     "Bu, bagaimana dengan prinsip 'pacar kan akan memeberikan kita semangat untuk belajar lebih giat, jadi lebih giat juga dalam beribadah kan ada yang ngingetin' bagaimana dengan kalimat tersebut bu?"

     Dengan membenarkan posisi duduknya, wanita itu naruh tangannya di meja yang bertuliskan "Mentor Psikis/Konseling".

     "Dengan kata itu ibu akan lebih menjelaskan bahwa pacara tidak ada hubungannya dengan semangat belajar ataupun beribadah. Ingat, pacaran akan membuat waktu mu dalam beribadah dan belajarmu, dengan pacaran kamu akan memegang handphone menunggu ia membalas pesan singkat tanpa memerdulikan keadaans ekitarmu, bahkan ketika kamu disuruh oleh mama atau papa kamu, kamu akan membantah. Demi apa? demi kamu mendapatkan sedikit bahkan secuil perhatian singkat dari seorang pacar. dengan itu kamu akan asyik dengan handphone dan kamu akan melupakan semangat belajar dan beribadahmu."

     Tegasnya, membuat aku serentak memikirkan hal yang harus aku fikirkan. 

     "Terus bu bagaimana jika aku harus nyetakankan bahwa aku sangat menyukanya? kan dalam islam sesama muslim yang mencintai seseorang hendaknya akan memberi tahu jika ia menyukai lawan jenis dari kaum yang berbeda?"

     Sambil tersenyum manis ke arahku, bu Ina menjelaskan nya lagi, dengan pelan dan sangat jelas.

     Bentar, kamu tadi bilang ingin menggungkapkan rasa suka kamu dengan seseorang?"

     Lalu aku mengisyaratkan IYA.

     "Nak, kita orang timur, sebagaimna adat dari orang timur adalah laki - laki yang mengunggkapkan perasaanya dahulu, bukan kaum hawa yang mengunggkapkannya.SEcinta cinta nya kamu dengan nya, kamu jangan sekali kali memiliki rasa kamu harus mengunggkapkan perasaan itu kepada orang tersebut. Sungguh tak ada nilai sedikitpun apabila kita mengunggkapkan bahwa kita mencintai seorang laki - laki yang sangat kita sukai. Ingat, perasaan bisa berubah kapan saja, kapan pun saja bisa. Kamu masih duduk di bangku SMA, perjalananmu masih panjang, vanyak mimpin k=yang ingin kamu gapai kan? dengan berjalannya waktu akan banyak lelaki yang kamu temui nanti, lambat laun perasaanmu kepada rang tersebut akan hilang dengan kehadiran sosok baru yang mungkin akan lebih baik. Jangan terlalu mengebuh nak, kota ini luas, pulai ini luas, negara ini luas, dunia ini luas nak." Ujarnya panjang lebar, membuat ku bingung ingin bertanya tentang apa.
"Jika cinta, jangan dikatakan. Cukup buktikan melalui perbuatan bahwasannya kamu adalah perempuan hebat dihadapannya, yang akan pantas ia kejar sebagai wanita yang layak menemani hidupnya. Percayalah nak, itu akan membuat hidupku akan jauh... jauh... akan lebih indah."

     Kembali, aku mengangguk mantap. Beliau menjawab semua pertanyaan yang membuat ku delima selama ini, yang membuat batinku sedikit tersiksa. Kalimat aneh yang ku dengarkan dari mulut guru konselingmu membuatku sadar, Benar, kali pertama aku bisa senyum dengan ringan dan mengeluarkan beban yang sedang aku pikirkan saat itu.

     Sungguh ku bahagia hari ini. Terima kasih atas bimbingan dan kalimat aneh nya, bu Ina

***

     Aku duduk di taman, sendiri merenung apa yang ku bicarakan kepada mentor psikis sekolahku
    
     "Tidak ada yang lebih indah selain mencintai ciptaan tuhan, namun ada yang lebih dan lebih indah dari itu yaitu mencintai Allah sang maha pencipta. Apapun yang aku inginkan, akan dikabulkan olehnya, lambat laun aku akan melupakan semuanya. Dan dia akan tau, bahwa aku sempat mencintainya.Tapi kalau mengharapkan dari seseorang sesama manusia yang kita cintai? hanya berbuah kecewa."

     Berjalan sambil berbicara di dalam hati, dengan sedikit memikirkan nya.

     "Tuhaaaaaannn, terima kasih kau sudah memberikan kebenarannya, aku sudaaahhh taaaauuuuu" 

     Ku teriak di pinggir jalan dengan sedikit bernari kesenangan, jilbab yang kupaia berkibar terkena angin. Memang, bicara tentang cinta akan banyak menghabiskan waktu. Aneh memang, secuil perasaan hati yang dapat mengrupa sebuncah semangat diri untuk lebih mengembangka itensitas belajar dan ibadaku kepada Allah SWT. Apa ini yang disebut dengan cinta sejati? Entahlah, aku hanya memikirkan masa depanku.
   

TAMAT

No comments:

Post a Comment